Inovasikan Sarana Berlatih Atlet Difabel NPC Surakarta, Grup Riset Struktur dan Material Fungsional FT UNS Buat Alat Bantu Boccia Tipe BC3 Bermotor

13 July, 2021

FT UNS- Boccia merupakan salah satu cabang olahraga yang kerap diikutkan Indonesia dalam kegiatan Internasional Paralimpik dan didesain untuk penyandang disabilitas celebral palsy. Olahraga Boccia ini digolongkan dalam beberapa kategori yakni BC1, BC2, BC3, dan BC4. Dari semua kategori tersebut, BC3 merupakan kategori paling spesial karena pemain mempunyai disfungsi lokomotor yang berat. Hal ini menjadikan mereka tidak dapat mengayunkan lengan serta menggenggam bola, sehingga dalam membidik target pemain harus menggunakan alat bantu dan asisten.

Namun, National Paralympic Committee (Komite Paralimpik Nasional/ NPC) Surakarta yakni organisasi yang bertugas membina atlet penyandang disabilitas mengungkapkan bahwa pada ajang Asian Para Games 2018 Timnas Boccia Indonesia tidak menurunkan atlet pada kelas BC3. Sebab, saat itu Timnas Indonesia belum memiliki alat bantu tipe BC3 karena olahraga Boccia sendiri belum terlalu beken di telinga masyarakat. Oleh karena itu, alat-alat penunjang olahraga Boccia tidak dijual di Indonesia dan harus diimpor dari luar negeri.

Alasan tersebutlah yang menjadi akar dilakukannya pembuatan alat Boccia tipe BC3 oleh Grup Riset yang diketuai oleh Dr.Eng. Aditya Rio Prabowo, S.T., M.T., M.Eng dengan anggota Ubaidillah, S.T., M.Sc., Ph.D., Didik Djoko Susilo, S.T., M.T., Wibowo, S.T., M.T., dan Dharu Feby Smaradhana, S.T., M.Sc.. Pembuatan alat ini menggunakan biaya relatif murah karena kan menggunakan material yang lebih efektif dan efisien. Alat juga ditambahkan seperangkat kitmikrokontroller yang diintegrasikan dengan penggerak motor listrik. Dengan demikian, dapat mempermudah atlet dalam membidik tanpa bantuan dari asisten dalam pengoperasianya sekaligus mengurangi kinerja asisten dalam membantu mengarahkan untuk membidik sasaran bola.

Pada sistem motorisasi Boccia kali ini ditambahkan laser pada stik pendorong bola yang dipasang di kepala atlet. Alat ini menggunakan dua buah motor listrik yang akan menggerakan mekanismenya sendiri. Motor pertama untuk menggerakan papan seluncur bola ke atas dan ke bawah, sedangkan motor kedua untuk menggerakan papan seluncur bola ke kiri dan ke kanan. Satu buah motor menggunakan dua buah rellay 2 channel. Jadi, total penggunaannya yakni empat buah rellay.

Kemudian, sensor perintah pada alat ini menggunakan Light Dependent Resistor (LDR) yakni sebuah sensor yang akan membaca intensitas cahaya dan mengonversinya ke dalam satuan hambatan (Ohm). Ketika atlet mengarahkan cahaya laser ke lensa LDR, maka resistansi LDR akan berkurang akibat terkena cahaya dari laser kemudian resistansi dari LDR akan memberikan sinyal ke kit mikrokontroller. Saat rellay aktif,maka saklar pada rellay akan mengubah kutup baterai, sehingga terjadi beda potensial pada motor listik. Akibat terjadi beda potensial pada motor listrik, maka motor akan bergerak sesuai dengan program yang berada pada IC kontrol. Untuk membalik putarannya, harus mengubah potensial pada motor listrik. Pada kondisi seperti ini, rellay digunakan untuk membalik putaran motor. HUMAS FT/ FAT. Editor: KR