Prodi PWK FT UNS Gelar Webinar Internasional Membahas Kota-Kota di Asia dalam Menghadapi Pandemi

28 June, 2021

Prof. Winny Astuti, Ph.D.

UNS-Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan webinar internasional dengan tema Asian Cities Deal with Pandemic. FT UNS menghadirkan empat pembicara dari Indonesia, Malaysia, India, dan Thailand. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (9/6/2021) melalui platform Zoom Meeting dan siaran langsung kanal Youtube Fakultas Teknik UNS.

Narasumber yang dihadirkan yaitu Assoc. Prof. Dr. Tpr. Hairul Nizam Ismail dari Univerisity Teknologi Malaysia, Assoc. Prof. Prapatpong Upala dari KMITL Bangkok, Thailand, Dr. Ratoola Kundu dari TISS Mumbai, India, dan Prof. Winny Astuti PWK - UNS. Kegiatan ini dimoderatori oleh Dr. Paramita Rahayu dosen PWK UNS.

Assoc. Prof. Dr. Tpr. Hairul Nizam Ismail membawakan materi yang berjudul Regional Tourist Flow and Impact to the Cities in Post Pandemic Recovery Plan: International Perspective. Ia mengemukakan bahwa kedatangan turis internasional turun 93% pada Juni 2020 jika dibandingkan dengan 2019.

“Hal tersebut menunjukkan dampak parah Covid-19 terhadap sektor pariwisata. Paruh pertama tahun 2020 yakni rentang Januari-Juni 2020, Asia-Pasifik yang paling terpukul dengan penurunan hingga 72% turis. Berikutnya disusul Eropa yang mencapai 66% penurunan kedatangan turis. Selanjutnya Amerika yang mencapai 55% dan Timur Tengah 57%,” jelasnya.

Selama periode 2000-2018, rata-rata setiap tambahan 1.000 kedatangan turis akan berdampak pada 20 pekerjaan tambahan di wilayah Eropa atau peningkatan 10% dari kedatangan turis menghasilkan rata-rata peningkatan 0,9% lapangan kerja.

“Pandemi global telah menempatkan 100 juta pekerjaan dalam risiko yang tersebar di perusahaan mikro, kecil, dan menengah. Mereka mempekerjakan sebagian besar perempuan yang mewakili 54% dari tenaga kerja pariwisata,” tambahnya.

Akibat pandemi ini, muncul beberapa tren baru yang mempengaruhi sektor pariwisata.

“Wisatawan akan menuntut cara perjalanan pribadi daripada pariwisata massal untuk menjaga keselamatan dan kesehatan. Ini juga merupakan  pergeseran menuju produk pariwisata berkualitas yang lebih tinggi daripada kuantitas. Aktivitas yang ditenagai manusia seperti hiking, bersepeda, dan berjalan sangat populer karena orang-orang yang mencari petualangan di luar ruangan untuk melepas penat setelah bekerja dari rumah. Aktivitas di luar ruangan terlihat kurang berisiko terhadap penyebaran Covid-19,” imbuhnya.

Kemudian, pembicara berikutnya, Assoc. Prof. Prapatpong Upala dari KMITL Bangkok, Thailand menyampaikan mengenai dampak pandemi Covid-19 bagi kota, kehidupan, dan mobilitas perkotaan di Thailand.

“Dalam membangun perkotaan harus disiapkan perencanaan baik sistem ekonomi, sistem sosial, politik hingga teknologi. Oleh karena itu, banyak orang yang mencoba untuk menangkap peluang tersebut agar produktivitasnya semakin meningkat ketika tinggal di sana,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa saat ini masalah yang harus dihadapi oleh perkotaan tidak hanya masalah lingkungan, sosial ekonomi, teknologi, transportasi, tetapi juga masalah kesehatan karena dampak dari Covid-19. 

“Sekarang semuanya harus kita hadapi, tidak hanya masalah standar seperti ekonomi, lingkungan dan teknologi saja, tapi kita saat ini memiliki isu-isu tentang kesehatan dan pandemic. Jadi dalam melaksanakan aktivitas baik pendidikan, rekreasi, akademik, pariwisata di Thailand harus memperhatikan unsur kesehatan dan keselamatan,” terangnya.

Pembicara berikutnya, Dr. Ratoola Kundu dari TISS Mumbai juga membahas mengenai dampak Pandemi yang melanda Mumbai, India.

“Pada gelombang pertama, India menerapkan lockdown. Sempat terjadi krisis ekonomi juga, yang paling terdampak adalah para migran, kaum miskin kota paling terdampak secara ekonomi. Sementara pada gelombang kedua pada Maret 2021, di sini kembali diterapkan lockdown, dampaknya tidak jauh berbeda dari gelombang pertama,” terangnya.

Narasumber terakhir, Prof. Winny Astuti juga menjelaskan mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat dilanda pandemi. Ia mengatakan bahwa pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi berada pada posisi minus (-2,1%) dan terus meningkat pada tahun 2021 dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2022.

“Sektor ekonomi yang paling besar dampaknya adalah sektor yang membutuhkan transaksi langsung, seperti transportasi, hotel, ritel, dan grosir, konstruksi, dan manufaktur. Sedangkan sektor yang paling sedikit kontak dengan konsumen, seperti pendidikan, telekomunikasi dan  lebih bertahan,” jelasnya. Humas FT/Aji

Webinar ini dapat disaksikan kembali melalui tayangan ulang yang ada pada kanal Youtube Fakultas Teknik UNS:
https://youtu.be/VV5Icqg9t0c