Ulas Peran dan Implementasi Geoteknik, Prodi Teknik Sipil FT UNS Adakan Kuliah Tamu

5 July, 2021

UNS- Program Studi (Prodi) Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan kuliah tamu. Kegiatan yang mengusung tema Peran dan Implementasi Geoteknik dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur ini berlangsung secara daring. Prodi Teknik Sipil menghadirkan  Ir. Bremono Widjanarko selaku Direktur Utama PT Global Sakti Perkasa dan Ir. Isparmo, IPM, yang merupakan marketing manager PT Multibangun Rekatama Patria sebagai pembicara. Acara ini dimoderatori oleh Dr. Bambang Setiawan, M.T., dosen Prodi Teknik Sipil FT UNS.

Dalam acara yang berlangsung melalui Zoom Meeting dan kanal Youtube Fakultas Teknik UNS ini dibuka langsung oleh Dekan FT UNS, Dr. Techn. Ir. Sholihin As’ad, M.T.
“Sebagai warga negara Indonesia baik, seorang engineer atau bukan, dapat memperoleh berkah dari negara ini dan memiliki peluang sangat besar untuk menggarap proyek-proyek pembangunan. Hampir tidak ada pekerjaan teknik sipil yang tidak ada geotekniknya,” ungkapnya saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara ini.

Berbicara mengenai infrastruktur, maka akan menemui permasalahan mengenai cara membangun suatu jalan raya, stasiun, dermaga, bendungan,dan sebagainya. Permasalahan-permasalahan tersebut akan dijawab oleh para pembicara.

Pembicara pertama yaitu Ir. Bremono Widjanarko menyampaikan tentang bored pile, salah satu dari pondasi yang mampu memikul beban yang besar sehingga menjadi pilihan konstruksi infrastruktur saat ini.

“Pondasi bored pile bisa diproses secara manual dan menggunakan mesin. Fungsi pondasi sendiri yaitu untuk memikul beban di atasnya, seperti gedung, jembatan, dan bendungan. Selain itu juga bisa menjadi penahan tanah (turap). Dapat juga sebagai penampung air  (bendung),” jelasnya saat menyampaikan materi dalam acara yang berlangsung pada Senin (26/6/2021).

Ia menjelaskan bahwa terdapat dua kelompok pondasi, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal yang dapat disesuaikan dengan jenis bangunan atau lingkungannya. Dalam kelompok pondasi dalam terdapat salah satu jenis yang sering digunakan yaitu pondasi bored pile karena cocok untuk konstruksi di kawasan kurang luas dan dibangun di antara bangunan yang sudah berdiri.

“Pondasi bored pile yaitu suatu pondasi yang dipasang dengan cara mengebor tanah dengan diameter tertentu hingga mencapai kedalaman yang sudah ditentukan. Kemudian tulangan baja yang telah dirakit, lalu dimasukkan ke dalam lubang bor tersebut dan dilanjutkan dengan pengecoran di tempat,” tambahnya.

Selanjutnya, pembicara kedua yaitu Ir. Isparmo menyampaikan tentang penggunaan geosintetik pada stabilisasi tanah dasar lunak menggunakan tensar triax geogrid. Fokus dari pembicaraan kali ini yaitu tanah dasar dengan CBR kurang dari 3, yaitu tanah dasar softclay (tanah berlumpur), tanah dasar berupa area rawa yang masih tergenang air, tanah dasar berupa tanah gambut, dan tanah dasar berupa tanah ekspansif.

“Masalah-masalah yang akan terjadi di atas tanah tersebut yaitu dapat terjadi penurunan setempat (jalan bergelombang), susah dilalui karena ban kendaraan dapat mengalami selip, terjadi penurunan setempat (jalan bergelombang), terjadi penurunan setempat (pada daerah dekat pantai), sulit dipadatkan dan volumenya jadi membengkak karena banyak yang menghilang karena masuk ke dalam tanah yang lunak tersebut,” terangnya.

Ir. Isparmo menerangkan bahwa solusi yang kurang diterima karena merusak kelestarian lingkungan yaitu menggunakan kayu sebagai perata beban. Selain isu lingkungan, solusi ini juga tidak efektif.

“Solusi yang disarankan menggunakan tensar triax geogrid yang sangat praktis, karena mudah dibawa dan mudah memasangnya. Triax geogrid ini bisa mengunci agregat, mudah dipadatkan, menyebabkan beban lebih merata, sehingga beban yang diterima tanah dasar menjadi lebih kecil perluasannya, mengurangi tebal agregrat,” terangnya.

Kuliah tamu kali ini, ditutup oleh Kaprodi Teknik Sipil, Dr. Niken Silmi Surjandari, M.T. Sebelum menutup acara, Ia menyampaikan bahwa tidak ada bangunan yang tidak ada kaitannya dengan tanah. Kolaborasi antara praktisi dan akademisi menjadi kebutuhan perguruan tinggi yang tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Humas FT/Aj