29 September, 2021
FT UNS - Belum lama ini, tiga alumni Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta baru saja lolos menjadi penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Salah satunya Daniel Aquino Purba, alumni Teknik Elektro angkatan 2016. Ia berhasil melanjutkan studi dengan LPDP di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Saat kuliah, Daniel sempat dinobatkan menjadi Duta Kampus UNS. Selain itu, Ia juga aktif di beberapa organisasi kampus lainnya. Kepada Tim Humas FT UNS, Daniel Aquino Purba menceritakan keberhasilannya tersebut.
Tahun 2016, Teknik Elektro FT UNS masih termasuk prodi baru. Apa alasan Daniel memilih Teknik Elektro UNS?
Dulu kan pas SMA ada mata pelajaran robotika. Nah, itu menyenangkan, mempelajari elektronika ternyata enak banget. Akhirnya aku memberanikan diri meskipun Teknik Elektro di UNS masih prodi baru. Tapi aku percaya kalau suatu saat nanti akan melesat. Apalagi nilai Ujian Nasional (UN) Fisika paling tinggi, ini yang bikin aku makin mantap.
Awalnya orang tua sempat khawatir karena ini kan prodi baru, kenapa ga prodi lain gitu. Kenapa engga prodi lain aja gitu, katanya. Tapi aku sukanya ini (Elektro), aku mengejar apa yang aku suka, mulai mempertanggungjawabkan pilihan, apa yang jadi passion. Akhirnya orang tua percaya, Puji Tuhan keterima Teknik Elektro jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Saat kuliah ikut beberapa organisasi, bagaimana cara membagi waktu ala Daniel?
Dulu aku ikut lima organisasi. Aeisec UNS, Student English Forum (SEF), Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE), Persekutuan Mahasiswa Krsiten (PMK) FT, dan Forum Duta Kampus UNS.
Tips dan triknya adalah fokus. Kan ada 5 organisasi, ga semuanya dalam satu waktu. Tahun pertama Aeisec dan SEF, maksimal 2 tiap tahun karena pengen dapet development buat diri sendiri dan ngasih kontribusi maksimal. Diatur waktunya, jadiin skala prioritas. Kaya kita dibutuhkan yang paling penting di mana. Atur prioritas itu lebih tinggi dari lainnya.
Daniel pernah lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Dikti. Gagasan apa yang diusung?
Pas liburan semester 5 kakekku sakit di bagian urinasi, engga bisa buang air kecil tanpa bantuan kateter. Kalau pakai kateter harus dipantau dan kantongnya limit 2 liter. Kalau kita telat kan bisa pecah kantongnya. Setiap hari harus nungguin dan jagain penuh apa engga.
Dari situ, aku punya ide konsep protoipe robot yang otomatis bisa membantu lansia untuk membuang air kecil terutama yang pakai kateter. Ide itu sempat ditolak karena formatingnya kurang baik, setelah direvisi saya ajukan, ternyata dapet pendanaan dari Kemristekdikti.
Pengalaman apa yang menurut Daniel paling berkesan selama kuliah di UNS?
Aku bisa ikut proyek prioritas riset nasional tentang kendaraan nasional. Ini yang menarik karena di universitas lain belum se-hype di UNS. Kalau di UNS bisa lihat contohnya di rekorat sering pakai kendaraan listrik untuk operasional di kampus. Itu paling berkesan, karena penelitian baterai lithium di Indonesia, satu-satunya di UNS. Terus, di sini bisa kenal sama orang-orangnya, kerja bareng mereka juga.
Dari puluhan kampus, kenapa milih ITB?
Ada banyak faktor, selain faktor pandemi juga faktor personal lain. Intinya aku konsultasi dengan pembimbing akademik pas kuliah. Aku merasa masih kurang (keilmuan) dan pengin lebih spesifik lagi, lebih bagus lagi. Aku ditanya pengin mana, prioritas pertama Universiti Teknologi Malaysia karena jaraknya ga jauh dari Indonesia, kedua ITB, ketiga UNS.
Terus beliau ngasih saran, “Mas, ITB itu udah susah. Kalau dibandingkan univ di Asia Tenggara, antara kualitas ITB dan UTM hampir sama. Di ITB jauh lebih bagus karena lebih tua dan lebih lama dibandingkan UTM,” itu kata beliau.
Jadi berhubung lagi pandemi dan mendesak (mepet), akhirnya aku daftar di sana (ITB). Puji Tuhan diterima.
Kesan ketika lolos LPDP seperti apa?
Bersyukur sama Tuhan, banyak dilancarkan ketika proses LPDP ini. Terima kasih banget selama di UNS, terutama organisais yang aku ikuti. Ini kaya nge-push buat percaya diri pas wawancara. Kaget dan bersyukur sih intinya.
Apa yang Daniel persiapkan ketika mantap akan mengikuti seleksi LPDP?
Persiapanku mepet, baru pas awal 2021. Soalnya waktu 2020 kan yang diberangkatkan Cuma mereka (awardee) Perguruan Tinggi Utama Dunia (PTUD), jadi aku kira tahun ini juga sama. Apalagi sepanjang 2020 sampai 2021 pertengahan aku kerja di PUI Baterai Lithium.
Persiapan pertama karena nilai TOEFL kurang memuaskan, jadi _I must to paid more._ Bayar lebih lagi buat _course_ karena perlu bimbingan dan tes. Itu sekitar 3 bulan sebelum LPDP, tesnya juga mepet karena course-nya 2 bulan, tesnya di bulan kedua jadi cukup mepet untuk persiapan bahasa.
Setelah itu, aku baca-baca link sembari menyiapkan bahasa, rekomender, nonton Youtube tips dan trik gimana jadi awardee LPDP. Belajar dari kegagalan kakak-kakak yang pernah sharing pengalaman. Setelah itu aku gabung grup Telegram buat persiapan LPDP. Sebelumnya aku pernah tes, skornya mepet 500. Terus tes lagi, Puji Tuhan nilainya langsung di atas 500. Akhirnya aku mantap dan percaya dengan skorku itu.
Apa yang ingin Daniel sampaikan kepada pembaca?
Jangan takut buat bermimpi tinggi. Jangan takut untuk bayar harga. Buat daftar ini itu perlu uang yang ga dikit. Aku kerja dulu, ngumpulin uang buat bayar tes TOEFL yang tentunya ga murah buat fresh graduate kaya kita.
Masih harus bayar harga kalau dinyatakan diterima. Kan harus bayar UKT juga, minimal nyicil gitu. Tabungan terkuras abis, seleksi LPDP juga ga menjamin lolos. Tapi ya udah. Pokoknya jangan takut bermimpi besar dan jaga takut buat bayar harga. Humas FT/Aji. Editor/KNH