7 July, 2023
FT UNS - Dikukuhkan menjadi guru besar ke-22 pada Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Niken Silmi Surjandari, S.T., M.T. menyampaikan pidato inagurasi berjudul Peran Perbaikan Tanah (Soil Improvement) dalam Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil. Pidato ini disampaikan dalam Sidang Terbuka Senat Akademik UNS, Selasa (4/7/2023) di Gedung Auditorium G.P.H. Haryo Mataram.
Prof. Niken mengatakan bahwa pada bidang teknik sipil, tanah memegang peranan yang sangat penting karena seluruh bangunan infrastruktur sipil berkaitan dengan tanah. Peran tanah dalam pekerjaan teknik sipil antara lain dalam pekerjaan pemotongan dan penggalian (cut and fill) timbunan, pekerjaan pondasi bangunan gedung, pembuatan galian untuk ruang bawah tanah (basement), pembuatan galian untuk terowongan (tunnel), dan pembuatan pondasi untuk bangunan lepas pantai yang pondasinya tertanam di dalam tanah pada dasar laut.
“Beberapa konstruksi kadang-kadang dibangun di atas tanah bermasalah (problematic soil) karena lapisan tanah kerasnya sangat dalam. Yang termasuk tanah bermasalah misalnya tanah gambut, rawa-rawa, lempung lunak, dan lain-lain. Apabila suatu proyek dibangun di lokasi yang berpotensi bermasalah dengan tanahnya, maka perlu perlu dilakukan rekayasa terhadap tanah dasar sehingga tanah tersebut memiliki sifat teknis yang baik atau sesuai dengan persyaratan desain,” jelasnya.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa keselamatan sebuah struktur bangunan menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat, seperti pemilik proyek (pemerintah, swasta, atau perorangan), konsultan, baik konsultan perencana atau konsultan pengawas, dan kontraktor. Pihak-pihak tersebut perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang kondisi tanah di lokasi proyek yang akan dibangun, proses analisa data yang dilakukan, dan potensi dampak yang mungkin muncul apabila bangunan ditopang oleh tanah bermasalah.
“Apabila sudah terjadi kerusakan pada bangunan, maka perlu ada upaya perbaikan. Secara empiris, biaya perbaikan struktur bawah jauh lebih besar dibandingkan biaya perbaikan struktur atas. Hal ini disebabkan karena metode pelaksanaan perbaikan struktur bawah lebih kompleks dibandingkan dengan metode pelaksanaan perbaikan struktur atas. Sebagai contoh adalah perbaikan dengan grouting untuk kolom relatif lebih sederhana pengerjaannya dibandingkan grouting untuk pondasi,” imbuhnya.
Dengan melakukan upaya perbaikan tanah ini, maka diharapkan dapat mengurangi potensi kerusakan dan dapat mengontrol biaya pemeliharaan.
Humas FT-Aji.
Editor-Pratikno