9 October, 2025
FT UNS – Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) bekerja sama dengan Himpunan Pengembangan Ekosistem Alkes Indonesia (HIPELKI) dan Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Inovasi Alat Kesehatan Nasional.” Kegiatan ini berlangsung di Ruang Multimedia Gedung IV FT UNS hari Rabu (8/10/2025).
Sebagai perguruan tinggi dengan sumber daya unggul di bidang riset teknologi biomedis, Fakultas Teknik UNS turut berperan aktif dalam mendukung kebijakan nasional ini. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan FT UNS, industri alat kesehatan dalam negeri masih menghadapi sejumlah persoalan seperti dominasi produk impor, regulasi yang kompleks, keterbatasan infrastruktur riset dan produksi, serta ketimpangan distribusi antarwilayah.
Meskipun kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan sistem e-Katalog telah diterapkan untuk memperkuat posisi produk lokal, data menunjukkan bahwa dominasi impor masih tinggi. Pada 2019–2020, produk impor mendominasi e-Katalog hingga 88%, sementara pada 2023 hanya 14,37% produk lokal yang memiliki sertifikasi TKDN tinggi. Ketimpangan juga terlihat dari jumlah izin edar, yakni 54.217 produk impor berbanding 14.208 produk lokal.

Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, Internasionalisasi, dan Informasi UNS, Prof. Irwan Trinugroho, S.E., M.Sc., Ph.D., menyatakan bahwa UNS berkomitmen mendukung kemandirian kesehatan nasional melalui dua peta jalan utama, yakni tropical herbal medicine dan biomedical engineering.
“Kedua bidang tersebut menjadi bentuk kontribusi nyata UNS dalam mengurangi ketergantungan impor obat serta mendorong hilirisasi alat kesehatan hasil inovasi Fakultas Teknik UNS” ungkap Prof. Irwan.
Prof. Ir. Ubaidillah, S.T., M.Sc., Ph.D., Ketua Program Studi Teknik Mesin FT UNS, menyoroti pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap penerapan TKDN.

“Kebijakan TKDN sejatinya menjadi peluang besar untuk memperkuat daya saing industri alat kesehatan nasional. Namun, masih diperlukan perbaikan sistem sertifikasi, peningkatan kapasitas produksi, serta sinergi riset antara universitas, industri, dan pemerintah,” jelas Prof. Ubaidillah.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Wahyudi Sutopo, S.T., M.Si., peneliti sekaligus Dekan Fakultas Teknik UNS, menawarkan tiga solusi strategis untuk memperkuat industri alat kesehatan nasional.
“Pertama, perlu dilakukan penguatan tier rantai pasok melalui integrasi paten dan lisensi serta kolaborasi erat antar pemangku kepentingan. Kedua, mengatasi ketimpangan hulu–hilir dengan reformasi regulasi dan kampanye produk dalam negeri. Ketiga, percepatan kemandirian nasional melalui insentif inovasi, pengembangan SDM, dan sinergi lintas sektor,” ujar Prof. Wahyudi.

Ia juga menegaskan komitmen Fakultas Teknik UNS untuk terus mendukung ketahanan industri alat kesehatan nasional melalui riset dan pengembangan SDM unggul di bidang teknologi biomedis.
“Sebagai langkah konkret, FT UNS akan menginisiasi Program Studi Teknik Biomedik sebagai kelanjutan dari pendirian Pusat Studi Teknologi Biomedis di LPPM UNS,” tambahnya.
Inisiatif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Melalui kolaborasi akademik dan industri, FT UNS berkomitmen mendukung kemandirian alat kesehatan nasional dan memperkuat ekosistem inovasi yang berkelanjutan di Indonesia.
Humas FT UNS.