15 July, 2021
FT UNS- Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan virtual workshop dan mini competition bertemakan 3D printing. Kegiatan ini berlangsung melalui platform Zoom Meeting pada Sabtu (3/7/2021). Dalam acara ini, HMTE menghadirkan Dwi Darsono yang merupakan Sales Manager Manufactur PT ACA Pacific.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Prodi Teknik Elektro, Feri Adriyanto, Ph.D. Dalam sambutannya, Ia sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh HMTE tersebut.
“Kegiatan yang sangat relevan apalagi di era digital yang memerlukan kemampuan digital. Khusunya bagi mahasiswa yang akan terlibat dalam proyek kreatif yang berkaitan dengan mengolah suatu benda menjadi sebuah prototipe,” ungkapnya.
Dwi Darsono menyebutkan bahwa saat ini 3D printing sudah mulai menjamur di kalangan masyarakat. 3D printing ini juga dapat memudahkan ketika membuat prototipe sehingga pembuatannya tidak harus dilakukan secara manual.
“Ketika kita mau bikin produk secara massal, dari ide terus masuk ke konsep, dioret-oret di kertas, terus masuk ke tahapan konsep. Pada tahap konsep mulai bikin 3D, selanjutnya prototyping. Sebelum ada 3D printing, orang-orang bikin manual dan costnya tinggi, kalau 3D printing costnya lebih murah,” jelasnya.
Ia kembali menjelaskan bahwa dalam membuat suatu benda, dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti subtractive, forming, casting, dan additive.
“Metode subtractive ada milling, bubut, dan semua proses manufaktur yang ngebuang material, kaya kita mahat kayu atau mahat batu. Kalau forming contohnya body mobil, pas kecil kita sering nih bikin pesawat lipat dari kertas. Nah ini yang dinamakan forming karena ga mengurangi material, tapi membentuk material. Berikutnya, casting, material dipanasin sampai jadi cair, terus dipadatin lagi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti bikin agar-agar. Terakhir, additive, membuat sesuatu dari hal yang kosong,” terangnya.
Banyak sektor yang mulai memanfaatkan 3D printing ini, seperti sektor manufaktur, robotic, arsitektur, medis, fesyen, action figure, dan bidang lainnya.
“Kalau di dunia medis, dipakai untuk simulasi pembedahan dan alat bantu pembedahan, orang pas mau dioperasi kan discan dulu. Jadi tahu nanti ngoperasi orangnya seperti apa. Dengan 3D, dokter punya gambaran lebih lengkap. Manfaatnya yang tadinya ngebedah berdasarkan pengalaman butuh waktu 6 jam, dengan 3D printing bisa disingkat lagi karena udah punya strategi dari simulasi 3D printing, ga punya memanfaatkan pengalaman,” jelasnya.
Dalam dunia arsitektur, 3D printing juga dapat dimanfaatkan ketika membuat maket. Terlebih, jika maketnya berbentuk kubah, melalui 3D printing maka akan lebih mudah. Pada dunia pendidikan, dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk memulai start up sehingga ketika mulai membuat prototipe, dapat menggunakan 3D printing.
“Dampak besar dari 3D printing ini bisa memangkas ongkos produksi, menghemat waktu, tidak perlu investasi peralatan macam-macam, hampir engga ada sampah dan sampahnya pun bisa didaur ulang dijadikan velamen. Kita bisa berkreasi semau kita, batasannya di imajinasi kita karena bentukan yang dulu susah sekarang pake 3D printing bakal mungkin terealisasi, bahkan kalau ngeprint ga harus ditungguin, bisa kita tinggal,” pungkasnya. Humas FT/Aji Editor/ KR