27 September, 2021
FT UNS - Program Studi (Prodi) Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan kuliah tamu. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (25/9/2021) ini membahas mengenai pengenalan beton pracetak dan aplikasinya. Prodi Teknik Sipil menghadirkan dua narasumber, yaitu Ir. Prijasambada, M.M., M.T. dan Abdullah Hasan, S.T., CPD. Selain itu, kuliah tamu ini juga dimoderatori oleh Dosen Teknik Sipil, Wibowo, S.T., DEA.
Kuliah tamu ini dihadiri oleh sivitas akademika Teknik Sipil, baik dosen maupun mahasiswa. Selain itu, hadir pula Dekan FT UNS, Dr. Tech. Ir. Sholihin As’ad, M.T. yang sekaligus memberikan sambutan.
Dalam sambutannya, Dekan FT mengapresiasi kehadiran dua narasumber yang keduanya merupakan alumni Teknik Sipil UNS.
"Kita akan belajar tentang teknologi beton pracetak yang mungkin sudah 20-30 tahun di Indonesia atau bahkan lebih. Ada dua kesempatan yang bisa dipelajari, pertama tekniknya, tentang beton pracetak seperti mulai merancang yang sedikit berbeda dengan gedung biasa. Kedua, menjualnya, ini kesempatan buat adik-adik yang mau memilih sebagai pengusaha atau pengusaha sekaligus engineer," tutur Dekan FT UNS.
Ia berharap selain urusan teknik yang akan dibahas, kedua narasumber juga dapat bercerita jatuh bangun di lapangan hingga dapat survive sampai sekarang.
Pembicara pertama yaitu Ir. Prijasambada, M.M., M.T., alumnus Teknik Sipil UNS angkatan 1982 sekaligus owner PT Limajabat Jaya. Ia mengatakan bahwa saat ini beton pracetak sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat.
"Kita sendiri mengenal pracetak dari kecil waktu diberi mainan orang tua, kita belajar membentuk bangunan berdasarkan komponen bangunan yang dibentuk atau dicetak sesuai presisi dengan modul tertentu. Kita sudah berangkat sampai gedung 20 lantai, tapi di luar tidak terbatas untuk yang pracetak," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa bangunan yang dibangun dalam peradaban lama juga sudah menggunakan sistem pracetak, seperti coloseum dan candi.
"Pola bangunan dibuat di bawah kemudian disusun di atas. Contohnya di Borobudur sistem pracetaknya sudah mengenal sistem join untuk horizontal dan vertikal. Tanpa kita sadari sistem pracetak sudah ada berabad-abad di Indonesia," imbuhnya.
Ia juga membagikan tahapan-tahapan yang harus diperhatikan ketika mengoptimalisasi pembangunan gedung dengan pracetak.
"Pada tahap perencanaan, harus diperhatikan pemilihan sistem pracetak yang digunakan, harus melihat juga bangunan apa yang akan digunakan. Misal satu lantai, dua lantai, dan juga untuk bangunan berlapis banyak. Faktor efisiensi dan pertimbangan ini ditetapkan di awal. Sistem sambungannya bisa menggunakan bearing wall, beam coloumn system, prestressed system," jelasnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan perencanaan komponen pracetak yang akan digunakan. Apakah membuat sendiri atau dipesan dari produsen pracetak lainnya. Selanjutnya, pada rancangan anggaran biaya (RAB) nanti diuraikan, mulai dari waktu produksi hingga volume material yang digunakan.
Sementara itu, pembicara kedua yaitu Abdullah Hasan, S.T., CPD. menjelaskan bahwa semua sistem memiliki kelebihan dan kelemahan. "Yang sudah-sudah, panel pakai QRC yang dipotong 60 cm kemudian dipasang. Pembangunan rumah subsidi saat ini masih menggunakan bata merah, batako, dan mungkin dari dulu dan tidak ada inovasi sama sekali. Banyak kelemahan dari sistem ini, seperti pembangunan lambat, kualitas tidak standar, dan harga relatif mahal," jelas Abdullah.
Sistem pracetak tentu memiliki kualitas yang lebih unggul. "Mutunya tinggi karena harus diangkat atau dihandling. Bagaimana mungkin kita membuat beton cetak mutu rendah setara mebel tapi bisa dihandling. Akhirnya kami temukan sistem seperti ini, sistemnya campuran hybrid. Kolomnya beton k300, ring baloknya beton k300, yang menjadi hemat adalah 1 dinding kalau membuat kolom kan 4 buah, besi 4, ring ball 4, nah kalau ini satu besi saja, jadi kita bisa menghemat," tambahnya. Humas FT/Aji. Editor/ KNH