25 August, 2021
FT UNS - Beberapa pengelola yang terlibat dalam pembangunan Tower 11 UNS yaitu sebagai Pelaksana: PT PP (Persero), Perencana: PT. Pandu Persada, dan sebagai Pengawas: PT. Virama Karya. Tim teknis dalam pembangunan Tower 11 UNS melibatkan dosen dari Program Studi (Prodi) Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Tugasnya yakni membantu pemilik (UNS) sekaligus melakukan hal-hal yang perlu direview terkait pembangunan Tower UNS dari sudut Teknik Sipil. Pada bagian struktur bawah ada beberapa yang diperhatikan yakni mengenai kondisi tanah, pembuatan pondasi, dan bagaimana hasil uji beban yang dilakukan.
Pada kondisi tanah penyelidikan dilakukan dengan cara pengeboron hingga kedalaman 30 m dari permukaan tanah asli 0,00 hingga -4,00 adalah clay dan silty clay, kedalaman -4,00 hingga -20.00 adalah sand, kedalaman -20,00 hingga-30,00 adalah sandstone, hasilnya menunjukkan bahwa tanah adalah dominan pasir dan perletakan pondasi berada di kedalaman-22.00. Persyaratan nilai Nspt sebagai perletakan telah terpenuhi, yaitu sebesar > 60 mulai kedalaman 20 m hingga 30 m, dan dipilih pada kedalaman 22 m sebagai perletakan pondasinya.
“Kondisi ini sangat bagus sebagai perletakan pondasi, pondasi akan kokoh pada pijakannya dan dijepit menyeluruh oleh tanah kokoh diselimut tiangnya,” ungkap Dr.Bambang Setiawan, S.T., M.T., selaku bagian dari tim teknis.
Pembuatan pondasi dimulai dari pengeboran tanah sampai kedalaman tertentu yang diharapkan dapat menghasilkan daya yang cukup, lalu diisi dengan beton dan tulangan, ditunggu sampai padat dan mengeras, dan dilanjutkan konstruksi atasnya. Fungsi pondasi adalah penerus beban struktur ke tanah keras tanah sebagai perletakannya, pondasi yang digunakan adalah tipe sumuran yang disebut sebagai Boredpile, yaitu dengan cara dilakukan pengeboran hingga kedalaman tanah keras yang ditentukan, sedangkan konstruksi terbuat dari beton bertulang. Dr.Bambang Setiawan, S.T., M.T. mengatakan diamater keseluruhan dari pondasi adalah sama sebesar 80 cm, panjang tergantung galian, posisi titik dan fungsi ruang di atasnya, umumnya di kisaran 19 m, terletak pada tanah keras dengan nilai Nspt > 60 pada dasar pondasi -22 m. Nilai ini sudah tercukupi untuk perletakan pondasi boredpile tersebut. Dipilihnya pondasi ini adalah terpenuhinya beban yang besar dengan membuat diameter boredpile yang besar. Selain itu, faktor lingkungan yang padat penduduk, agar tidak terjadi getaran saat pemancangan jika menggunakan pondasi tiang pancang. Beban rencana per pondasi boredpile adalah 164,3 ton, hal tersebut berlaku pada tiang tunggal, sedangkan dalam desainnya pondasi dirancang dalam kondisi kelompok dan tiang tunggal, sedangkan kemampuan tiang tinggal mengalikan jumlah tiang per kelompoknya.
Pondasi yang ada terdiri dari tipe kelompok dan tipe tunggal, tipe kelompok dapat dibedakan menjadi 7 kelompok yang sisanya per kelompok 2, 3, 4, 6, 9 dan 10 tiang, sisa tersebut adalah tiang tunggal. Faktor aman yang digunakan adalah sebesar 2,5, artinya tanah mampu menahan 2,5 kali beban yang bekerja pada pondasi tersebut. Nilai ini sudah memenuhi standarisasi yang berlaku, dan dalam perencanaannya sudah termasuk beban gempa.
“Jadi terkait pembebanan, pemodelan, analisis, dan perencanaan struktur sudah direview berdasarkan peraturan atau prosedur yang berlaku,” tutur Dr. Eng. Halwan Alfisa Saifullah, S.T., M.T.
Pengujian beban pada pondasi dilakukan untuk mengecek dan mengetahui kinerja pondasi tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dilakukan agar beban yang terjadi akibat beban luar dan berat sendiri dapat diterima dengan baik oleh tanah atau tidak, dengan persyaratan yang telah ditentukan dapat diketahui kemampuan tiang dalam menerima beban. Uji pembebanan ini terdiri dari uji beban axial, yaitu dengan pembebanan vertikal yang dikenal sebagai Static Axial Compressive Load Test, Pile Dynamic Analysis (PDA Test), sedangkan untuk uji beban horisontal adalah dengan Horizonthal Load Test.
Static axial compressive load test, sistem Anchore Pile, uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan tiang yang menerima beban terhadap kemampuan tanah, yang dilihat berdasarkan penurunan saat pembebanan. Standarisasi yang digunakan adalah ASTM D 1143-81, dengan beban rencana 164,30 ton dan beban maksimum, yaitu 200% dari beban rencana sebesar 328,60 ton, dengan hasil penurunan sebesar 2,21 mm pada beban maksimum dan 0,81 mm pada beban rencana. Nilai ini berada dibawah angka toleransi yang diijinkan yaitu sebesar 25,4 mm atau 2,54 cm (1 inci). Kemudian, PDA test merupakan pelengkap dari Static Axial Compressive Load Test, dengan cara memberikan pukulan beban pada kepala tiang pondasi tersebut, berdasarkan gelombang getaran yang merambat pada tubuh pondasi, dengan analisis CAPWAP. Hasil yang didapatkan adalah daya dukung tanah sebesar 416 ton, berdasarkan analisis CAPWAP sebesar 738 ton, dan penurunan sebesar 6,7 mm. Terakhir, pada Horizonthal Load Test sistem reaksi, hasil yang diperoleh yaitu besarnya nilai beban horisontal pada kepala tiang, sebagai pedoman besarnya nilai beban horisontal yang terjadi pada pondasi tiang bor tunggal. Besarnya pergeseran horisontal pada beban rencana 18,4 ton adalah sebesar 0,19 mm, dan pada beban horisontal maksimum 200% beban rencana, 36,8 ton sebesar 0,54 mm.
Gedung Tower UNS akan dibangun pada wilayah rawan gempa. Oleh karena itu, pembebanan gempa dan respon sistem struktur terhadap beban gempa mendapatkan perhatian serius dalam proses perencanaan. Gedung UNS Tower mengadopsi Sistem Struktur Pemikul Momen Khusus (SRPMK) beton bertulang. Pada sistem ini, struktur bangunan diharapkan akan berperilaku daktail ketika terjadi gempa besar. Struktur diperbolehkan untuk berada di ambang keruntuhan (pada kondisi terburuk nya), akan tetapi dalam batasan masih memungkinkan penghuni gedung untuk melakukan evakuasi diri. Beberapa elemen struktur tertentu juga perlu didesain secara khusus karena adanya ketidakberaturan (horisontal dan vertikal) pada bangunan Gedung Tower UNS. Berdasarkan hasil review atas laporan perencanaan struktur yang disampaikan oleh pihak konsultan perencana, dapat disimpulkan bahwa perencanaan sistem struktur sudah memenuhi kaidah teknis berdasarkan peraturan yang berlaku. Kuat tekan material beton yang digunakan juga sudah memenuhi standar minimal untuk perencanaan struktur tahan gempa yaitu lebih besar dari 20 MPa. Selain itu, pada Gedung UNS Tower juga digunakan jenis baja tulangan ulir yang memiliki lekatan yang lebih baik daripada tulangan polos ketika menahan beban lateral gempa. Humas FT/ FAT. Editor/ KNH.