23 September, 2021
FT UNS - International Workshop on Asian Heritage (IWAH) 2021 resmi dibuka pada Sabtu (4/9/2021) secara daring dan akan berlangsung hingga Sabtu (25/9/2021). Setiap minggu di hari Sabtu para peserta IWAH melakukan kegiatan workshop secara virtual. IWAH diinisiasi sejak tahun 2015 oleh lima universitas dari Thailand (Rajamangala University of Technology Thanyaburi dan Mahasarakham University), Malaysia (Universiti Teknologi Malaysia), Indonesia (Universitas Sebelas Maret), dan Vietnam (Hanoi University of Civil Engineering). Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan peluang bagi para peserta untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman terkait dengan konservasi kota pusaka dan konservasi arsitektur. Misi IWAH adalah untuk meningkatkan dan menjaga nilai dan signifikansi budaya dan keragaman ekspresi budaya di Asia.
Kegiatan IWAH merupakan kegiatan kali ke-3 yang diikuti oleh Prodi Arsitektur UNS sejak tahun 2015. Melibatkan 26 mahasiswa Arsitektur UNS dari Angkatan 2019 dan 2020 serta 3 mahasiswa UGM sebagai peserta. Adapun 3 dosen yang terlibat sebagai mentor dalam kegiatan IWAH 2021 adalah Dr. Eng Kusumaningdyah N H, ST, MT, Pratiwi Anjar Sari, ST, M.Sc, serta Anita Dianingrum, ST, MT. Kegiatan IWAH ini juga menjadi kegiatan rutin dari Laboratorium Urban-Rural Design and Conservation (URDC Labo) berjejaring dengan institusi luar negri.
Saat ini, banyak kota di Asia menghadapi tantangan transisi dari kota tradisional menuju modernitas. IWAH 2021 mengangkat tema Asian Experiences: Recovery the Pandemic for Urban Street Culture and Meaningful Public Space. Berkeinginan untuk memperkaya pengalaman peserta dalam mengexplorasi, mengidentifikasi esensi dan keunikan budaya - Urban Street Culture pada kawasan kota pusaka.
Pada penyelenggaraan workshop kali ini akan berlangsung selama beberapa kali dengan pembicara berbeda. Dalam acara pembukaan juga sekaligus dilangsungkan series pertama (4/9/2021), lima pembicara dihadirkan. Mereka adalah Adjunt. Asst. Prof. Janet Pillai (Malaysia), Ms. Vicki Wong (Taiwan), Prof. Pham Dinh Viet (Vietnam), Dr. Le Quynh Chi (Vietnam), dan Dr. Mongkol Khan (Thailand). Pada penyelenggaraan kali ke dua, Sabtu (11/9/2021), empat pembicara dihadirkan. Mereka adalah Dr. Lee Yoke Lai (Malaysia), Dr. Noor Aimran Samsudin (Malaysia), Dr. Kusumaningdyah N.H (Indonesia) dan Dr. Nillapat Srisobparb (Thailand).
Asian Street Culture perannya sangat unik dan kompleks sejak masa lampau. Memiliki fungsi dan peran jalan sangat bervariasi dalam ruang yang diatur oleh budaya Timur, gaya hidup tradisional, konsep keagamaan, dll. Terlepas dari bentuk kota dan tata letak jalan yang khas, pentingnya aktivitas jalan di Asia ditekankan oleh fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan mobilitasnya. Karakteristik yang unik ini membawa nilai keragaman Asia yang berbeda-beda namun memiliki benang merah yang sama. IWAH 2021 berkeinginan untuk menemukenali karakteristik dan kebertahanan Asian Street Culture terutama di masa pandemi COVID-19.
Saat memberikan sambutan Sabtu (4/9/2021), Dekan FT UNS, Dr. Tech Sholihin As’ad, mengatakan bahwa workshop ini membawa kilas balik pada situasi pemulihan pandemi, khususnya mengenai budaya perkotaan selama pandemi. “Di Indonesia ada gotong royong, masyarakat saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan sesuatu,” kata Dekan FT UNS.
Kearifan lokal yang telah melekat pada masyarakat Indonesia juga diterapkan ketika pandemi melanda. Masyarakat berinisiatif untuk membuat tempat isolasi atau karantina di kantor kelurahan dan sekolah. Tidak hanya itu, masyarakat juga bahu-membahu menggalang dana dan membagikan donasi berupa alat-alat kesehatan.
Dalam materi hari pertama, Adjunt. Asst. Prof. Janet Pillai mengenalkan mengenai pemetaan budaya. “Pemetaan budaya adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, merekam, dan memahami DNA budaya suatu tempat. Hal ini menggunakan pendekatan humanistik yang terintegrasi untuk memahami suatu tempat dan komunitas,” terangnya.
Materi berikutnya disampaikan oleh Ms. Vicki Wong (Taiwan). Ia menjelaskan mengenai peran masyarakat dalam menjaga kelestarian pusaka budaya. Sementara itu, Prof. Pham Dinh Viet (Vietnam) memaparkan materi tentang street culture sebagai salah satu komponen gaya hidup perkotaan. “Budaya memiliki dua sisi, yaitu material atau produk yang dibuat, seperti alat, tulisan hingga bangunan termasuk jalan. Kemudian sisi selanjutnya adalah dan non-material, bentuknya berupa festival, metode perdagangan, kepercayaan, dan sebagainya,” kata Prof. Pham Dinh Viet.
Pada sesi terakhir oleh Dr. Le Quynh Chi (Vietnam) menyampaikan materi tentang jalan di kawasan kuno Kota Hanoi sebagai salah satu kawasan kota pusaka. Sedangkan Dr. Mongkol Khan (Thailand) membawakan materi mengenai fungsi dan peran jalan di Asia. “Budaya jalanan sangat unik dan kompleks sejak masa lalu. Fungsi dan peran jalan di Asia dapat bervariasi yang disesuaikan oleh adat Timur, gaya hidup tradisional, konsep keagamaan, dan sebagainya. Terlepas dari bentuk kota dan tata letak jalan yang khas, pentingnya aktivitas jalan ditekankan oleh fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan mobilitasnya,” terang Dr. Mongkol.
Pada pertemuan penutup workshop virtual IWAH 2021, Sabtu (25/9/2021) akan disampaikan rekomendasi desain Asian Street Culture yang berasal dari empat studi kasus di tiap negara. Rekomendasi desain ini akan disampaikan peserta di hadapan publik melalui media virtual. Diharapkan rekomendasi desain dalam mempertimbangkan keragaman dan keunikan Asian Street Culture masa pandemi menjadi penyemangat untuk kembali bangkit bersama khususnya di Asia Tenggara. Kegiatan ini juga dapat disaksikan melalui tautan https://www.facebook.com/iwha2021.
Humas FT/Aji Editor/ Kusuma Rully