20 April, 2022
FT-UNS – Dalam rangka kegiatan Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS), Fakultas Teknik (FT) menyelenggarakan rangkaian webinar yang dikelola oleh beberapa program studi di lingkungan FT, diantaranya bersama Program Studi Arsitektur UNS dan Research Group (RG) - Laboratorium Urban Rural Design & Conservation Lab (URDC) mengadakan stadium general terkait dengan tema Architecture Landscape: Forest Landscape of Alas Bromo UNS.
Menghadirkan dua narasumber yang merupakan alumni pendidikan Jepang, yaitu Dr. Lee Yoke Lai merupakan lulusan Universitas Tokyo- Jepang, Dosen senior Landscape Architecture Faculty of Built Environemnet and Surveying (FABU) Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dan Dwi Priyo Ariyanto, Ph.D., Dosen Fakultas Pertanian (FP) UNS, merupakan lulusan Universitas Gif-Jepang. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Alas Bromo UNS. Diskusi ini melibatkan penyelenggara kegiatan Pusat Studi Jepang (PSJ) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS, karena melibatkan penggiat PSJ UNS serta kedua narasumber merupakan alumni Jepang. Stadium general tersebut berlangsung pada hari Rabu (6/4/2022) melalui Zoom Cloud Meeting. Kegiatan dibuka oleh Dekan FT, Dr. techn. Ir. Sholihin As’ad, MT.
Saat membuka kegiatan, Dr. Sholihin mengatakan “Kerjasama dilingkungan FT UNS dengan UTM sudah berlangsung cukup lama dan cukup intens, tidak hanya dari Program Studi Arsitektur tetapi juga program studi lainnya. Seperti Program Studi Sipil, Industri, Mesin, dan Perencanaan Wilayah-Kota. Sangat mengapresiasi kolega dari UTM yang memiliki komitment kuat untuk melakukan kegiatan bersama sehingga lebih mempererat hubungan kerjasama yang telah terjadi selama ini”. Ucapan apresiasi juga ditujukan kepada narasumber internal UNS yaitu Dwi Priyo Ariyanto, Ph.D. “Diharapkan dari kegiatan ini bisa memberikan pandangan dan wawasan kepada para peserta stadium general yang umumnya adalah mahasiswa program Arsitektur mata kuliah arsitektur lanskap. Akan diarahkan kemanakah penataan Lansekap Alas Bromo UNS hari ini dan kedepannya. Rambu-rambu ini yang perlu diketahui peserta agar terciptanya desain berkelanjutan.”
Dwi Priyo Ariyanto, Ph.D menyampaikan materi mengenai tujuan hutan Pendidikan dan pelatihan Alas Bromo UNS. Alas Bromo UNS adalah hutan negara yang berada di daerah Karanganyar dan sejak 2018 diberikan pengelolaannya kepada UNS sebagai hutan pendidikan dan pelatihan. Status Alas Bromo UNS merupakan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Adapun dalam penetapan KHDTK memiliki ketentuan: tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan, tidak mengubah bentang lahan pada hutan konservasi/hutan lindung, penutupan hutan bukan berupa hutan primer, ditetapkan menjadi zona khusus dalam penataan areal Kawasan Pengelolaan Hutan (KPH).
“Ketika suatu instansi mendapatkan penetapan KHDTK, tidak bisa diubah menjadi hutan produksi, sebaliknya dari hutan produksi bisa diubah menjadi KHDTK. Pengelola KHDTK tidak diperkenankan menebang pohon. Sarana dan prasarana yang harus menyesuaikan dan terbatas. Adapun sarana dan prasarana untuk mendukung pengelolaan KHDTK: jaringan jalan (aspal maupun bukan), instalasi listrik, jaringan air, gedung bangunan penunjang (kelas, aula), sarana lain untuk perlindungan pengembangan pemanfaatan (contoh: kelas pemanfaatan)”. terang Dwi Priyanto, Ph.D.
Dalam materi yang disampaikan Dwi Priyanto, Ph.D, beliau juga mencontohkan pengelolaan hutan di Jepang yang dikelola oleh Universitas Gifu, “Penebangan pohon dapat dilakukan apabila memiliki tujuan khusus. Tujuan khusus berupa proses penjarangan tanaman karena tanaman di blok tertentu terlalu rapat.”
Sementara itu, narasumber kedua yaitu Dr. Lee Yoke Lai yang berasal dari Jurusan Arsitektur Lansekap FABU UTM, menyampaikan terkait prinsip desain perencanaan dan perancangan masterplan desain lansekap. Terdapat 10 elemen yang perlu diperhatikan. Menurut Dr. Lee, “Sebagai perancang lanskap, kita harus mengetahui karakteristik dari hutan dan harus mengetahui flora dan fauna yang terdapat pada hutan. Setiap hutan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sepuluh hal yang harus diperhatikan dalam proses desain lanskap: Pahami site yang akan didesain, ketahui pengguna site, gunakan tema bentuk atau gaya, buat dan hubungkan ruang, pertimbangkan fungsi tanaman, struktur penanaman tumbuhan, garis bawahi bagian-bagian yang penting, perhatikan hal-hal detail, perhitungkan waktu, dan lindungi sumber daya.”
Selanjutnya “Dalam proses desain, perlu diperhatikan juga ekologi dan keanekaragaman hayati lingkungan sekitar. Rasionalisasi desain: mengidentifikasi atribut hutan, analisis dan sintesis desain, pengembangan konseptual, pengambilan keputusan dalam membuat master plan dan desain hutan. Ketika merancang dan mendesain sebuah hutan, kita tidak merancang hutan secara keseluruhan, pilih area hutan yang memiliki potensi terbaik”, imbuhnya.
Tak lupa Dr. Lee mengingatkan “Pada proses mendesain lanskap hutan, buatlah desain yang simple, berkelanjutan, menggunakan material alami, dan jangan memberikan dampak negatif pada hutan sebab potensi alam flora-fauna hutan merupakan significant of value yang perlu lebih ditonjolkan.”
Kedua narasumber juga membahas terkait prinsip kejepangan dalam kegiatan stadium general kali ini. Bagaimana mengaitkan metode Jepang dalam upaya melakukan konservasi hutan dan merangcang Masterplan Hutan. Dapat ditarik simpulan dari kedua narasumber yaitu metode kejepangan akan sangat menghargai dan menggali nilai lokal yang ada, berupa alam dan budaya lokal. Oleh karenanya pengembangan Masterplan Alas Bromo UNS dengan tujuan khusus sangat perlu mencermati riwayat kesejarahannya, sebab yang menjadi nilai potensial untuk digali adalah nilai atribut “alamnya”.
HUMAS FT/AI. Editor/ KNH
#stadiumgeneralftarsitektur #diesnatalis46UNS #alasbromouns #unsutm