1 November, 2021
FT UNS - Riset Grup Geo Science Program Studi (Prodi) Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melakukan pengabdian masyarakat di Embung Banaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Kegiatan tersebut berupa budidaya ikan nila dalam keramba jarring apung. Melalui pengabdian masyarakat ini, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani desa melalui usaha sampingan berupa petani ikan air tawar dalam keramba.
Beberapa dosen yang terlibat dalam pengabdian ini antara lain Dr. Bambang Setiawan, S.T., Prof. Yusep Muslih Purwana, S.T., M.T., Ph.D., Ir. Noegroho Djarwanti, M.T., Dr. Niken Silmi Surjandari, S.T., M.T., dan Siti Nurlita Fitri, S.T. M.T. Selain itu, mahasiswa Teknik Sipil juga dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Dr. Bambang Setiawan menjelaskan bahwa latar belakang masyarakat di Desa Banaran merupakan petani sawah. Melalui adanya embung tersebut juga turut membantu para petani dalam meningkatkan hasil panen mereka.
“Tapi, pemanfaatannya masih bisa dimaksimalkan lagi. Bisa melalui budidaya ikan air tawar, mereka tetap bertani sembari membudidayakan ikan air tawar. Hal ini akan sangat menguntungkan dan dapat memberikan manfaat sampingan dari masyarakat pengelola sawah sembari menunggu masa panen padi,” jelas Dr. Bambang.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini terbagi menjadi beberapa tahap. Tahapan tersebut antara lain pembuatan rangka baja keramba, pengiriman ke lokasi pengabdian, pemasangan keramba, dan penebaran benih ikan. Rangka baja dipilih menjadi rangka keramba karena rangka tersebut jauh lebih kuat dan awet.
“Pemasangan keramba dilakukan secara rangkaian knock down, terpisah satu dengan yang lainnya, penggabungan dilaksanakan di tepi sungai yang datar, satu persatu diikat dengan mur baut yang telah ditetapkan titik dan lubangya. Drum sebagai pelampung diletakkan di dalam rangka baja yang berfungsi sebagai penahan dan tidak amblas ke bawah ke dasar sungai,” terangnya.
Selain itu, dilakukan juga penyuluhan budidaya ikan air tawar dalam keramba jaring apung agar dapat berfungsi secara optimal pada Sabtu (5/6/2021). Hasil panen yang diharapkan dapat dijual ke pasar, restoran, dan sebagainya.
Pemantauan secara bertahap juga terus dilakukan oleh tim riset grup. Setelah empat bulan pemeliharaan, dilakukan panen ikan dengan bobot 150 gram hingga 200 gram per ekornya. Hasil panen tersebut dipasarkan ke masyarakat umum dengan cara menjual ikan seharaga Rp 27.000/kilogram.
“Semoga jumlah keramba menjadi semakin banyak. Dengan demikian, benih ikan yang dipelihara akan semakan banyak pula sehingga panen akan melimpah untuk kemakmuran warga desa,” harap Dr. Bambang. Humas FT/Aji Editor FT/ KNH