Dosen Teknik Mesin FT UNS Mengintegrasikan Sistem Pertanian Terpadu di Desa Jetis, Klaten

28 February, 2020

FT UNS-Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta  membuat integrated farming system (ayam-ikan-padi) sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk di Desa Jetis, Juwiring, Kabupaten Klaten. Prof. Dr. Dwi Aries Himawanto dari Teknik Mesin FT tergabung dalam tim pengabdian kepada masyarakat bersama Drs. Tri Aprilijanto Utomo, Ph.D. dari Fakultas Keolahragaan.

Integrated farming system atau sistem pertanian terpadu  didefinisikan sebagai penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian yang terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan.

“Di Indonesia, model usaha ini masih sebatas wacana karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan diperlukan modal yang cukup tinggi. Padahal usaha ini sangat cocok digunakan di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi. Beberapa metode diversifikasi pertanian seperti minapadi (padi dengan ikan) dan longyam (balong ayam/ikan dengan ayam) mengadopsi model integrated farming system ini,” terang Prof. Dwi Aries.

Pengabdian kepada masyarakat ini juga melibatkan tiga mitra yang berlokasi di Desa Jetis Juwing Klaten dan di Desa Ngolodono Karangdowo Klaten. Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan  ini adalah cara menginisiasi satu kegiatan integrated faming system dan mampu berfungsi sebagai penyangga kehidupan petani mitra bila gagal panen.

“Solusi yang ditawarkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh  mitra kegiatan adalah perapan konsep pertanian terintegrasi, di mana dalam kegiatan ini akan diberikan bantuan berupa paket pertanian terintegrasi berupa paket ternak ayam-ikan,” imbuhnya.

Dengan adanya bantuan tersebut, akan menjadi awal untuk diterapkannya konsep integrated farming.

“Teknisnya, perpaduan pemeliharaan ikan (dalam hal ini bisa berupa ikan lele, patin, nila atau mujaher) dengan ayam atau bebek, di mana kandang ayam atau bebek terletak di atas kolam. Jika dipadukan dengan pertanian biasa di sebut Integrated Farming System. Kolam yang dibantukan akan dibuat dari semen batu bata dengan kedalaman 1–1,5 meter. Lalu, kaki-kaki kandang tidak boleh terendam air jika terbuat dari kayu atau bambu. Ketinggian kandang dari air kolam minimal 1 meter agar kelembaban tidak menggangu kesehatan hewan ternak di atasnya,” jelasnya kembali.

Sistem yang diterapkan berupa sistem air kolam terbatas atau air yang tidak bisa mengalir (stagnant water) sehingga harus ada pergantian air kolam setiap 3 minggu sekali. Hal ini juga tergantung tingkat kekeruhan air, air yang diganti hanya 25-50 % dari kapasitas air bagian bawah saja.

“Maka, lubang pembuangan dibuat dibawah pada lantai terendah pada lantai kolan yang dibuat dengan  kemiringan 15 cm mengarah ke lubang pembuangan. Agar saat pengurasan hanya air kotor saja yang terbuang. Air limbah dari kolam yang sudah bercampur antara sisa pakan ternak dan kotoran ternak ini akan dialirkan ke lahan padi. Hal ini perlu dilakukan agar ikan tidak mabok dikarenakan kelebihan sisa pakan dan kotoran, mati karena keracunan amoniak,” pungkasnya.

Kegiatan lanjutan yang dilakukan berupa pemberian bantuan modal, dan pendampingan pembuatan sistem pertanian terintegrasi yang diintroduksikan hingga pendampingan pemasaran. Humas FT/Aji Editor/ KNH.