Implementasi SDGs 3 melalui PKM UNS untuk Peningkatan K3 di UMKM Tempe Obor

4 September, 2025

FT UNS – Riset Group Rekayasa Ergonomi, Sistem Kerja dan Manajemen Lingkungan (RSML) Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) melaksanakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM-UNS) di UMKM Tempe Obor, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta. Kegiatan ini terlaksana pada bulan Maret hingga September 2025 lalu dengan melibatkan dosen dan mahasiswa Teknik Industri FT UNS, dengan ketua tim Dr. Ir. Rahmaniyah Dwi Astuti, S.T., M.T., serta anggota Prof. Dr. Bambang Suhardi, S.T., M.T., IPM, ASEAN Eng.; Ade Aisyah Arifna Putri, S.T., M.T., M.B.A.; Novita Arilfa; dan Adz-dzikra Qurota A’yun.

Program ini berfokus pada bidang ketahanan dan keamanan pangan, khususnya penerapan prinsip ergonomi dan keselamatan kerja (K3) guna mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs 3) : Good Health and Well-Being. Selain menjaga kesehatan pekerja, tempe sebagai produk pangan bergizi juga berkontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Mojosongo sendiri dikenal sebagai sentra produksi tempe yang tidak hanya menopang kebutuhan konsumsi harian, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal.

Proses produksi di UMKM Tempe Obor masih dilakukan secara manual, mulai dari pencucian, perendaman, perebusan, pengepresan, hingga fermentasi. Hal ini menimbulkan berbagai kendala, mulai dari kualitas tempe yang tidak konsisten hingga tingginya beban kerja fisik operator. Salah satu persoalan utama adalah proses pengepresan kedelai yang dilakukan dengan kayu secara manual. Cara ini tidak ergonomis, sehingga menimbulkan risiko gangguan muskuloskeletal pada lengan dan punggung pekerja. Sementara itu, proses fermentasi akhir tempe belum menggunakan alat kontrol suhu dan kelembapan, membuat kualitas tempe sangat bergantung pada kondisi lingkungan.

Menjawab persoalan tersebut, tim RSML UNS merancang dan mengimplementasikan dua teknologi tepat guna: alat pres ergonomis dan box fermentasi. Alat pres dirancang dengan sistem tuas tekan sehingga mengurangi beban fisik operator secara signifikan dan menyesuaikan posisi kerja dengan prinsip ergonomi. Sementara itu, box fermentasi digunakan untuk menjaga suhu dan kelembapan ruang, sehingga hasil fermentasi lebih stabil dan tidak terpengaruh kondisi cuaca ekstrem.

“Program ini tidak hanya tentang alat, tetapi juga pendampingan. Harapan kami, teknologi tepat guna ini dapat terus digunakan secara mandiri, sehingga memberi manfaat berkelanjutan bagi pekerja, konsumen, dan perekonomian lokal,” ujar Dr. Rahma.

Selain penerapan teknologi, tim Riset Goup juga menyusun modul standar operasional prosedur (SOP) serta memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada mitra. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian UMKM dalam menerapkan standar kualitas produksi tempe. Dampaknya tidak hanya meningkatkan efisiensi kerja dan kenyamanan operator, tetapi juga meningkatkan mutu tempe dan nilai jual produk.

Program PKM-UNS ini didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNS melalui skema PKM dengan nomor kontrak 370/UN27.22/PT.01.03/2025. Lebih dari sekadar pengabdian, program ini merupakan upaya strategis untuk memperkuat peran sivitas akademika dalam membangun kemandirian UMKM sekaligus mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat lokal.

Melalui kegiatan ini, UNS menegaskan kontribusinya dalam mendukung SDGs, khususnya poin 3 (Good Health and Well-Being), dengan meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja sekaligus menjaga kualitas pangan. Penerapan prinsip ergonomi dan teknologi tepat guna di industri tempe tradisional menjadi bukti nyata bagaimana perguruan tinggi dapat hadir memberi solusi praktis yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Humas FT UNS.