24 March, 2025
FT UNS – Program Studi Doktor Teknik Industri (PSDTI) Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali mencetak doktor baru melalui Ujian Terbuka Promosi Doktor Teknik Industri yang digelar di Ruang Multimedia FT UNS pada Jum’at (21/03/2025). Dr. I Made Aryantha Anthara yang merupakan Dosen Universitas Komputer Indonesia berhasil meraih gelar doktor melalui disertasinya yang berjudul "Pengembangan Optimasi Terintegrasi Rantai Pasok Darah Berkelanjutan dengan Mempertimbangkan Vehicle Routing, Transshipment, Disposal Center, dan Ketidakpastian."
Penelitian ini dipromotori oleh Prof. Dr. Ir. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T., dan Dr. Ir. Wakhid Ahmad Jauhari, S.T., M.T. sebagai Ko-Promotor 1 serta Dr. Eng. Ir. Pringgo Widyo Laksono, S.T., M.Eng. sebagai Ko-Promotor 2. Ujian ini juga menghadirkan tim penguji dari berbagai institusi, yakni Prof. Ir. Dwi Agustina Kurniawati, S.T., M.Eng., Ph.D. dari UIN Sunan Kalijaga dan Prof. Dr. Ir. Wahyudi Sutopo, S.T., M.Si. dari UNS. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Operations and Supply Chain Management (Vol. 17, No. 3, 2024) serta dipresentasikan dalam International Conference of Industrial Engineering and Engineering Management (IEEM di Singapura pada 2024 lalu).
Rantai pasok darah merupakan sistem yang kompleks dan sangat krusial dalam memastikan ketersediaan darah bagi pasien yang membutuhkan. Sistem ini mencakup berbagai tahapan, mulai dari pengumpulan darah dari pendonor, penyimpanan, pemrosesan, hingga distribusi ke rumah sakit. Salah satu tantangan utama dalam sistem ini adalah ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, yang sering kali menyebabkan kekurangan stok darah.
Dalam penelitian ini, sistem rantai pasok darah dikaji berdasarkan empat eselon utama, yaitu lokasi pendonor, blood center, rumah sakit, dan disposal center. Proses dalam rantai pasok ini terbagi menjadi empat fase utama: collecting, processing, storage, dan distribution. Pada fase collecting, darah dikumpulkan dari pendonor melalui bloodmobile dan shuttle atau langsung di blood center. Pada fase processing, darah yang terkumpul akan diproses menjadi whole blood, RBC (Red Blood Cells), dan platelet. Salah satu inovasi yang diperkenalkan dalam penelitian ini adalah penerapan sistem transshipment antar blood center, yang memungkinkan distribusi stok darah lebih fleksibel guna mengurangi kekurangan pasokan di beberapa lokasi. Setelah melalui fase penyimpanan (storage) di blood center atau rumah sakit, darah yang telah melewati masa simpan akan dikirim ke disposal center untuk dimusnahkan.
Penelitian ini menghasilkan tiga model optimasi rantai pasok darah. Model pertama adalah model deterministik yang mempertimbangkan vehicle routing dan aspek keberlanjutan ekonomi dengan tujuan meminimalkan total biaya rantai pasok darah. Model kedua memperluas cakupan dengan menambahkan faktor transshipment, yang bertujuan meningkatkan efisiensi distribusi darah. Model ketiga mengadopsi pendekatan possibilistik, yang mempertimbangkan vehicle routing, transshipment, dan disposal center dalam kondisi ketidakpastian menggunakan metode fuzzy programming. Model ini juga mencakup aspek keberlanjutan dari ekonomi, lingkungan, dan sosial, dengan tiga tujuan utama: meminimalkan biaya distribusi, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di blood center.
Ketua sidang dalam ujian terbuka ini menyampaikan apresiasi terhadap capaian Dr. I Made Aryantha yang berhasil menyelesaikan program doktor selama 2 Tahun 8 bulan dengan IPK 3,97 sehingga mendapatkan predikat cumlaude.
"Saya selaku pimpinan sidang mengucapkan selamat atas diraihnya gelar doktor," ujar Ketua Sidang.
Dalam kesempatan yang sama, promotor juga memberikan pesan kepada Dr. I Made bahwa pencapaian ini bukanlah akhir dari perjalanan akademik, melainkan sebuah milestone dan langkah awal dalam penelitian lebih lanjut.
"Saya berharap gelar doktor yang didapat memiliki makna mendalam dan senantiasa disertai dengan sikap rendah hati," ujar Prof. Cucuk.
Hasil pengembangan model ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pedoman bagi organisasi seperti Palang Merah Indonesia (PMI) dalam perencanaan dan optimalisasi distribusi darah secara lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan adanya inovasi ini, sistem rantai pasok darah di Indonesia dapat menjadi lebih adaptif terhadap perubahan permintaan, mengurangi pemborosan, serta meningkatkan aksesibilitas darah bagi masyarakat yang membutuhkan.
Humas FT-Werna.
Editor-Pratikno