Kegiatan MBKM-IISMA 2021 Membuat Cita-Cita Mahasiswa Arsitektur FT UNS Tercapai untuk Kuliah di Inggris

23 February, 2022

FT-UNS - Fakultas Teknik UNS telah mengirimkan beberapa mahasiswa untuk mengikuti program IISMA. Program Indonesian International Student Mobility Awards atau yang biasa disebut dengan IISMA merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program ini merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM. Program IISMA baru pertama kali diadakan pada tahun 2021.

Universitas Sebelas Maret mengirimkan sebanyak 22 mahasiswa yang lolos untuk turut dalam program IISMA 2021. Salah satunya yaitu Mahasiswa Prodi Arsitektur, Diva Sarah Radiya. Mahasiswa yang kerap dipanggil Sarah tersebut telah menyelesaikan kegiatan IISMA 2021 yang ia ikuti Desember tahun lalu. Sarah mengikuti Program IISMA tepatnya di Newcastle University, United Kingdom. Ia belajar di sana bersama dengan tujuh mahasiswa lain yang berasal dari Indonesia dan salah satunya juga dari UNS Prodi Farmasi FMIPA. Sarah belajar di Newcastle University selama kurang lebih tiga setengah bulan terhitung sejak September 2021 hingga pertengahan bulan Desember 2022. Sarah kembali dari Inggris dan tiba di Indonesia pada tanggal 25 Desember 2021 malam hari.

Dilansir dari laman resmi Kampus Merdeka Kemendikbud bahawasannya Program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) ini merupakan suatu skema beasiswa dari Pemerintah Indonesia untuk membiayai mahasiswa Indonesia dalam program pertukaran pelajar di universitas-universitas top di luar negeri. Program IISMA ini bertujuan agar mahasiswa Indonesia dapat memiliki pengalaman dan explore lebih tentang budaya dari negara tuan rumah yang dituju. Serta, tentu saja mahasiswa dapat melakukan tugas praktis guna mengasah keterampilan. Program ini dapat diikuti selama satu semester di negara dengan universitas-universitas yang telah menjadi mitra.

Skema ini dikelola secara terpusat oleh Directorate General of Higher Education (DGHE) atau Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Program ini terbuka bagi mahasiswa S1 dari seluruh lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam DGH.

Alasan Sarah memilih Newcastle University sebagai universitas tujuannya dalam program IISMA ini menurutnya pribadi cukup sepele. Alasannya karena ia sudah lama ingin meraskan kuliah di negara Inggris. Ia mengaku sebenarnya dimanapun universitasnya asalkan di Inggris dia tidak keberatan. Namun, menurutnya karena program IISMA ini baru pertama kali dilaksanakan, jadi pertimbangan lainnya yaitu ia memilih universitas yang terdapat mata kuliah berkaitan dengan arsitektur. Universitas di Inggris yang terdapat mata kuliah arsitektur secara spesifik hanya di Newcastle University.

Selama melaksanakan kegiatan IISMA di Newcastle, Sarah telah melakukan banyak hal. Ia mengaku bahwa senang dapat turut dalam program ini karena ia dapat merasakan banyak pengalaman yang sangat menakjubkan, meskipun sebelum memutuskan untuk pergi ia sempat khawatir. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya ia bertekad untuk mengambil kesempatan ini karena menurutnya kesempatan itu tidak datang dua kali.

“Kalau ditanya tentang IISMA pasti tiap orang beda-beda ya. Karena pengalamannya pasti beragam banget.” ujarnya pada kesempatan wawancara (17/02).

Ia mengaku bahwa kegiatan yang ia lakukan di sana cukup banyak dan menyenangkan. Kegiatan secara akademik pastinya kuliah seperti biasa, mahasiswa menghadiri kelas. Bedanya yaitu, perkuliahan yang diikuti oleh Sarah lebih banyak atau sebagian besar diadakan secara luring seperti field work, field trip, dan sebagainya. Newcastle University pada saat itu baru pertama kali melakukan perkuliahan luring dalam dua tahun terakhir. Juga terdapat kelas teori yang dihadiri secara daring. Ia juga mengikuti seminar-seminar yang sistem pelaksanaannya cukup berbeda dengan yang ada di Indonesia kebanyakan. Seminar yang diikuti oleh Sarah kurang lebih seperti seminar diskusi yang diikuti dalam grup yang lebih kecil dengan kuota sekitar 1-12 orang tiap grupnya dengan menghadirkan seorang seminar leader yang membimbing dalam seminar dimana akan terdapat tugas seperti review film, esai, dan lain-lain di setiap minggunya.

“Acara ini ngebantu banget di bagian speaking terutama ya, sama listening. Karena kita kan harus dengerin teman sekelas kita ngomong,” ucapnya. Selain belajar banyak tentang materi yang menjadi bahan diskusi dalam seminar tersebut, Sarah menganggap hal tersebut juga sebagai kesempatan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi khususnya dalam hal speaking dan listening.

Di samping kegiatan akademik, Sarah juga melakukan beberapa kegiatan non-akademik seperti misalnya ia turut dalam Study Abroad Buddies serta Indonesia Societies atau disebut dengan Indo Soc. Ia senang dengan kegiatan-kegiatan yang ia ikuti karena menurutnya dengan begitu ia dapat berkenalan dengan banyak teman baru. Selain itu juga dia menyempatkan diri untuk explore kota-kota lain yang ada di Inggris selain Newcastle seperti Durham, Cambridge, Oxford, London, dan lain-lain. Ia jalan-jalan meng-eksplor kota-kota di Inggris bersama dengan teman-temannya sesama dari Indonesia, Inggris, dan negara-negara lain.

Banyak hal-hal yang menurut Sarah sangat berkesan. “Arsitektur di sana itu sangat bisa dibilang cukup beda, entah itu dari tatanan kotanya, dari landscape, dari bangunannya, dan Heritage Building mereka itu pun juga masih kuat banget. Masih dipertahankan walaupun fungsinya sudah diadaptif atau dialihfungsikan. Jadi, di luarnya itu kelihatan historical banget, tapi pas masuk moderen. Untuk mempertahankan Heritage Building di era sekarang itu cukup sulit.”

“Menurut aku itu kesan yang sangat membekas di bagian Heritage Building, pokoknya tentang arsitektur landscape urban design mereka. Menurut aku itu yang bikin aku terkesan, amazed banget sama banyak banget lahan hijau yang mereka punya. Itu juga yang aku salut karena saking bersih juga udaranya. Kedekatan kota ini dengan alam itu yang bikin aku juga impress karena, ya itu menciptakan sebuah taman di tengah kota yang hectic.”

Kesan lainnya yang cukup kuat menurut Sarah yaitu ia beruntung bertemu dengan orang-orang Inggris yang baik. Menurutnya orang-orang di sana sangat ramah. “Di sana itu multikultural banget. Orang-orang di sana itu bisa saling respect. Multikulturalnya itu yang bikin aku impress dan senang karena orang-orang menerima dan nggak ada yang mau beda-bedain. Malah dari beda-beda itu kita jadi cerita-cerita. Jadi ya unik dan seru aja gitu.”

Sarah memiliki harapan bahwa dengan ikut IISMA ini, menjadikannya berkeinginan lebih untuk mencoba tantangan-tantangan baru untuk dirinya entah itu yang skalanya internasional juga atau bukan. Ia juga ingin lebih meningkatkan keterampilan, serta dengan keikutsertaannya dalam program IISMA ini motivasi untuk melanjutkan studi ke luar negeri semakin kuat. “Nantinya aku pengen ilmu-ilmu aku ini bisa bermanfaat dan kontribusi buat orang-orang di sekitarku atau Indonesia,” harapnya.

Sedangkan untuk suka dan duka yang Sarah rasakan selama mengikuti program IISMA ini adalah untuk dukanya ia merasa waktunya hanya sebentar. “Dukanya itu waktunya cuma sebentar. Di saat aku udah mulai terbiasa, eh harus balik. Kalau sukanya sih semuanya. Kalau disuruh pilih satu ga bisa. Itu kaya pengalaman yang sangat precious yang ngga tergantikan.”

Terakhir, Sarah juga menyampaikan, “Pesannya buat semua teman-teman mahasiswa, kalau misalkan kalian dapet kesempatan kaya gini tuh ini belum tentu datang dua kali. Jadi, ambil aja apapun yang ada di depan kalian. Just go straight for it, jangan takut untuk mencoba. Memulai sesuatu itu sulit, aku memutuskan untuk ikut IISMA itu sulit dengan banyak pertimbangan. Harus berani mikir kapan lagi kalau bukan sekarang. Ya ragu sih, tapi ya harus berani.” HUMAS FT/DIF Editor/ KNH