Mahasiswa Arsitektur FT UNS Raih Penghargaan Juara Detail Arsitektur Pembentuk Ruang Terbaik pada Sayembara Festival Arsitektur Parahyangan 2021

14 January, 2022

FT-UNS - Tiga Mahasiswa Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil meraih Penghargaan Juara Detail Arsitektur Pembentuk Ruang Terbaik pada Sayembara Festival Arsitektur Parahyangan 2021. Ketiga mahasiswa tersebut ialah Dewa Bintang (2019), Akbar Budi Nurwiyata (2019), dan Briliana Nurlayla (2019). Dalam Sayembara yang berlangsung dari 2 Oktober - 27 November 2021 itu, ketiga mahasiswa mengusung ide LE.LI.KU (Rumah Zig-Zag). Hal tersebut dilatarbelakangi oleh pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi berbagai sektor kehidupan dalam dua tahun terakhir. Salah satunya, menimbulkan multiple stressor pada banyak orang.

Dewa Bintang, selaku ketua tim mengungkapkan stressor dapat timbul dalam berbagai bentuk, seperti kekhawatiran akan tertular COVID-19, khawatir kehilangan anggota keluarga dan teman, hingga stres akibar ruang gerak yang terbatas dan rasa jenuh yang meningkat, sehingga mengakibatkan produktivitas menurun. Oleh karena itu, ia dan tim berusaha untuk menginovasikan desain rumah berkonsep ruang-ruang di dalamnya dibuat dengan bentuk berbeda-beda dan ditata dengan pola zig-zag yang memberi kesan dinamis ketika terjadi perpindahan ruang yang dilakukan penghuni rumah. Ruang tersebut memberikan privasi yang cukup dan menunjang aktivitas masing-masing anggota keluarga. Ia mengaku, awalnya, setiap anggota tim memiliki ide masing-masing, yang kemudian dipilih satu untuk maju dalam kompetisi.

Sebenernya kalo untuk ide desain rumah dari kami mengajukan ide masing-masing yang kemudian dipilih dari salah satu anggota tim kami, ide tersebut memiliki batasan sesuai dengan kriteria penjurian yaitu safer, liveable, dan enjoyable. Ide desain juga mencakup desain yang merespon pandemi pada site yang telah ditentukan. Lalu ada kriteria lain yaitu desain arsitektur pembentuk ruang (terutama ruang kerja WFH). Dari kami memiliki ide desain furniture untuk ruang kerja WFH yang tidak memakan tempat, compact, dan sesuai budget yang telah ditentukan,” ungkap Dewa Bintang.

Pada konsepnya, tapak berada di Jl.Joging 1, Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi ini karena merupakan kawasan pemukiman dengan kepadatan rendah yang didominasi oleh rumah tinggal dan pertokoan, sehingga kebanyakan orang yang keluar masuk area adalah penduduk lokal. Bentuk dasar bangunan berawal dari persegi panjang pada site berukuran 5.4 x 15.5 m. Persegi panjang tersebut dibagi menjadi 6 bagian dan membentuk pola zig-zag atau bersilangan yang akan dibagi menjadi dua fungsi. Bentuk dasar mengalami pengurangan bentuk yang berfungsi sebagai ruang terbuka dan penambahan bentuk sebagai ruang tertutup. Rumah LE.LI.KU menerapkan pola ruang yang saling bersilangan dan tidak menempel satu sama lain. Hal tersebut memberi setiap kamar bukaan yang maksimal dan terjadi cross ventilation yang baik. Kamar yang memiliki massa terpisah antara satu dengan lainnya menjadi sebuah antisipasi untuk keamanan dan kenyamanan apabila ada anggota keluarga yang harus melakukan isolasi mandiri karena COVID-19.

“Rumah ini memiliki ruang santai multifungsi yang dapat digunakan penghuni sesuai kebutuhan. Ruang ini dapat digunakan sebagai ruang makan bersama, bercengkrama antarpenghuni, dan mendukung kegiatan WFH karena dapat difungsikan sebagai ruang kerja. Ruangan tidak menggunakan furniture permanen, melainkan barang-barang yang compact dan ringan,” sambungnya.

Dengan persiapan kurang dari satu bulan dan bersamaan dengan waktu ujian, ia mengakui tim melakukan persiapan dengan kejar tayang dalam waktu singkat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh salah satu anggota, Akbar Budi N.
“Kendala kemarin itu lebih ke waktu. Jadi kita saling menyesuaikan waktu buat ketemu bareng-bareng, tapi misalnya kita gak bisa ketemu bertiga saling bagi tugas, jatuhnya kalo kerja masing-masing kerjanya jadi gak maksimal idenya susah menyatunya. Terus kendala lainnya pas waktu pengerjaan ada UTS jadi kami ngerjain sayembaranya 2 minggu sebelum pengumpulan, seharusnya pengerjaan seperti itu bisa 2 minggu lebih agar lebih maksimal,” tutur Akbar.

Sementara anggota lain, Briliana Nurlayla, mengaku kaget atas penghargaan tersebut, pasalnya saat pengumuman 10 besar timnya tidak masuk nominasi.
“Jujur aku sendiri kaget sih, soalnya sebelumnya kita gamasuk ke top 10 kan yaa, nah pas penjurian itu kita ga hadir. Terus kita taunya malah dari instagram dari acara gituu,” ucap Briliana. Humas FT/FAT. Editor/ KNH